Hari ini aku lagi pengen cerita soal sesuatu yang sering jadi rahasia kecil di balik konten yang enak dibaca: copywriting santai. Bukan berarti asal nulis ya — ini gaya nulis yang merasa nyaman, kayak ngobrol sambil ngopi. Pembaca nggak langsung kabur, malah betah. Aku juga awalnya skeptis. Dulu mikir, “Kalau santai, nanti nggak profesional.” Ternyata enggak juga. Santai itu bisa sangat efektif kalau tahu caranya.
Pernah nggak buka artikel, 3 kalimat masuk, terus keluar lagi? Aku sering. Penyebab umum: pembukaan kering, bahasa abstrak, atau terlalu banyak jargon. Pembaca zaman sekarang sibuk dan gampang teralihkan. Makanya tugas kita sebagai copywriter itu kayak jadi DJ: buka dengan beat yang bikin orang mau stay.
Cara paling gampang: buka dengan cerita mini atau pertanyaan yang relate. Contoh: “Pernah ngetik email yang udah ber-antre di draft tapi nggak jadi dikirim karena takut dianggap spammy?” Langsung relate. Atau bisa pakai humor: “Kalau copywriting itu makanan, aku pengen jadi snack yang selalu kebawa pulang.” Sedikit lebay? Iya. Efektif? Iya.
Ada beberapa trik yang aku sering pakai dalam nulis copy yang santai tapi nggak kalah efektif:
– Pakai kalimat pendek. Lebih mudah dicerna. Nggak perlu jadi Hemingway untuk jadi keren.
– Gunakan kata “kamu” lebih sering. Membuat pembaca merasa diajak ngomong langsung.
– Sisipkan cerita kecil. Satu paragraf pengalaman pribadi bisa bikin pembaca ngerasa deket.
– CTA yang gak maksa: minta feedback, bukan pembelian. Banyak orang lebih senang diajak ngobrol daripada disuruh beli.
Oh ya, kalau lagi butuh inspirasi teks jualan yang berjiwa ringan, aku pernah nemu sumber yang oke juga di williamthomascopy. Tapi inget, ambil yang cocok sama suara kamu, jangan copy paste kayak robot.
Aku pernah mencoba nulis 10 versi headline untuk satu email. Versi profesionalnya kaku semua. Terus aku nulis versi kayak ngobrol sama teman: ternyata open rate naik. Kenapa? Karena orang suka suara yang autentik. Mereka pengen ngerasa dipahami, bukan dimengerti secara teoritis.
Praktiknya gampang: sekali-sekali sisipkan interjeksi (uh, oh, eh), kontraksi, atau istilah gaul yang wajar. Contoh: “Eh, jangan kemana-mana—ini penting.” Tapi hati-hati, jangan jadi norak. Sesuaikan sama audiens. Audiens formal vs generasi muda itu beda rasa.
Format itu silent hero. Paragraf panjang bikin napas pembaca ngos-ngosan. Jadi aku suka: paragraf pendek, pakai subheading, dan poin-poin. Ritme baca itu penting—seperti musik, ada jeda, ada klimaks. Sisipkan kalimat punchy di akhir bagian untuk menarik perhatian ke bagian selanjutnya.
Contoh kecil: tutup paragraf dengan pertanyaan. Pembaca otomatis mau tahu jawabannya di paragraf berikutnya. Teknik ini simpel tapi sering terlupakan karena kita tergoda nulis terus menerus tanpa jeda.
Penutup itu kesempatan terakhir buat ngingetin pembaca tentang inti pesan. Bukan buat ngulang seluruh paragraf, tapi cukup highlight satu aksi kecil yang bisa mereka lakukan sekarang juga. Jangan minta mereka langsung subscribe, beli, dan install secara bersamaan—minta satu hal kecil dulu: balas email, komen, atau share ke teman.
Aku biasanya tutup dengan nada santai dan sedikit humor: “Kalau kamu baca sampai sini, berarti jomblo dan setia. Eh, maksudnya setia baca—keren. Coba deh reply dengan emoji favorit kamu.” Cara ini bikin ajakan terasa personal dan nggak memaksa.
Kesimpulannya, copywriting santai itu soal keberanian jadi manusia di dunia yang sering terkesan otomatis. Gunakan bahasa yang kamu pakai sehari-hari, tapi tetap sopan dan relevan. Latihan nulis tiap hari, baca komentar pembaca, dan jangan takut bereksperimen. Kalau suatu hari kamu nulis headline konyol yang tiba-tiba viral, jangan lupa traktir aku kopi—eh, atau setidaknya kabari hasilnya. Selamat nulis, semoga kontenmu bikin orang betah scroll sampai habis.
Mulai dari Satu Ide (Serius, tapi Santai) Pada suatu sore hujan, sambil meneguk kopi yang…
Curhat Copywriting: Panduan Menulis Konten yang Bikin Pembaca Bertahan Siang-siang duduk di kafe sambil ngopi,…
Catatan Copywriter: Panduan Menulis Konten yang Sering Disalahpahami Jujur aja, gue sempet mikir kalau menulis…
Rahasia Bareng Kopi: Mulai dari Meja Samping Jendela Biasanya saya mulai menulis pas pagi, saat…
Aku bukan maestro kata-kata, cuma orang yang tiap hari bergelut sama headline, paragraf pembuka, dan…
Curhat Penulis: Copywriting Ringan yang Bikin Konten Lebih Hidup Kenapa Copywriting Bukan Sekedar Jualan Kalau…