Kadang saya suka berpikir copywriting itu seperti berbicara pada teman lama di warung kopi. Santai, tidak sok puitis, tapi tetap menyentuh. Dalam perjalanan menulis konten untuk berbagai merek dan proyek pribadi, saya menemukan bahwa gaya santai seringkali lebih efektif daripada kalimat-kalimat yang terukur serba sempurna. Tidak percaya? Mari saya bagi beberapa catatan dan panduan yang saya pakai setiap hari.
Mengapa “santai” bisa lebih bekerja daripada “formal”?
Pertama, audiens sekarang lelah. Lelah dengan jargon, lelah dengan janji muluk, lelah dengan tulisan yang terdengar seperti brosur lama. Kalau kita berhenti sejenak dan menulis seperti sedang bicara, kita memberi ruang bagi pembaca untuk bernapas. Kalimat pendek, humor kecil, dan ungkapan sehari-hari membuat pesan lebih mudah dicerna. Saya sering mulai dengan pertanyaan sederhana atau cerita singkat. Itu membuat pembaca merasa diajak masuk, bukan dipaksa membaca.
Tentu bukan berarti semua harus santai. Untuk produk yang serius atau komunikasi hukum, nada formal tetap diperlukan. Tapi untuk content marketing sehari-hari—blog, email, caption—nada santai punya keuntungan besar: keterhubungan emosional dan tingkat keterbacaan yang tinggi.
Apa bedanya copywriting dengan content marketing?
Sederhana: copywriting fokus pada aksi—mendorong pembaca melakukan sesuatu. Content marketing lebih luas; ia membangun hubungan lewat nilai, cerita, dan kepercayaan. Yang saya lakukan adalah menyatukan keduanya. Saya menulis artikel yang informatif (content marketing), tapi di setiap paragraf ada kalimat yang mengarahkan pembaca untuk mencoba, berlangganan, atau sekadar menengok halaman lain (copywriting).
Salah satu trik yang sering saya pakai adalah “mini-CTA”—ajakan kecil dan tak mengganggu di tengah tulisan. Misalnya, setelah menjelaskan teknik menulis, saya menyisipkan satu kalimat seperti, “Coba praktikkan satu teknik ini besok; rasakan bedanya.” Itu terasa ringan, tapi berfungsi sebagai pendorong aksi tanpa memecahkan suasana santai.
Cara menulis efektif: panduan praktis yang saya pakai
Berikut beberapa kebiasaan yang membantu saya tetap produktif dan efektif:
1) Mulai dengan satu ide utama. Jangan paksa semua hal mau dimuat. Satu tema, satu benang merah, lebih kuat. Pembaca cepat bosan kalau tulisan melompat-lompat.
2) Gunakan struktur sederhana: pembuka yang menarik, isi yang jelas dengan contoh atau cerita, dan penutup yang mengajak. Struktur ini membantu pembaca mengikuti alur tanpa tersesat.
3) Kalimat pendek + panjang = ritme. Kombinasi ini membuat teks terasa bernapas. Saya sengaja mematahkan kalimat panjang dengan satu kalimat pendek yang tajam untuk menekankan poin penting.
4) Hindari kata-kata kosong. “Optimal”, “terbaik”, “terobosan”—kecuali Anda bisa membuktikan. Buktikan dengan data, studi kasus, atau contoh nyata. Pembaca menghargai kejujuran lebih dari klaim tanpa dasar.
Bagaimana menemukan suara Anda sendiri?
Suara itu bukan sesuatu yang Anda pilih sekali lalu jadi. Suara berkembang seiring waktu dan latihan. Dulu, saya meniru gaya penulis favorit. Itu baik sebagai latihan. Tapi pada akhirnya, suara asli muncul saat Anda menulis tentang hal yang Anda rasakan—pengalaman nyata, kegagalan kecil, lelucon yang hanya Anda mengerti. Keberanian untuk jadi otentik seringkali membuat copy lebih meyakinkan.
Kalau butuh referensi, kadang saya baca beberapa copywriter yang saya kagumi untuk mengisi ulang ide. Satu sumber yang sering muncul di daftar bacaan saya adalah williamthomascopy, tempat saya ambil inspirasi gaya dan teknik sederhana yang mudah diadaptasi.
Di lapangan, jangan takut melakukan tes A/B. Kadang headline yang terasa biasa justru bekerja lebih baik. Kadang yang terasa terlalu “jualan” malah memicu klik. Data kecil-kecilan itu membantu kita menajamkan intuisinya.
Penutup: copywriting itu latihan, bukan sulap
Menulis copy yang efektif bukan soal trik ajaib. Ini soal mengenal audiens, memilih suara yang jujur, dan terus mencoba. Santai bukan berarti ceroboh. Santai berarti percaya pada proses: riset, penulisan, pengujian, dan revisi. Tulisan yang saya banggakan bukan yang sempurna, tapi yang berhasil menyampaikan pesan dan membuat pembaca melakukan sesuatu—mendaftar, membaca lebih jauh, atau sekadar tersenyum. Itu saja sudah membuat saya senang.
Kalau kamu sedang mulai, tulis tiap hari. Bukan untuk jadi viral, tapi untuk melatih nalar dan suara. Mulai dari satu paragraf sehari. Lama-lama, kamu akan menemukan ritme dan gaya yang terasa alami. Dan percayalah, pembaca akan merasakan itu.